NHM Bungkam soal Dugaan Preman Sewaan yang Halangi Aksi Karyawan

Daftar isi:
Nusa Halmahera Mineral atau NHM bersikeras tidak memberikan perjelasan ihwal dugaan sekelompok preman sewaan yang menyerang masa aksi saat demonstran di depan Kantor Pusat NHM di Jakarta.
Pendemo yang notabenenya para karyawan yang gajinya tak dibayar ini bahkan dipukul oleh preman-preman sewaan itu. Preman “bayaran” perseroan terbatas yang menambang emas di Gosowong, Halmahera Utara, hingga 2029 mendatang itu nekat merampas properti aksi. Merusak pengeras suara, mengambil bendera, spanduk dan melempar batu ke arah pendemo.
Voicemu.com berusaha menghubungi pihak PT NHM ihwal dugaan prema sewaan ini. Upaya konfirmasi melalui Manajer Komunikasi PT NHM Rahmani Nitiyudo belum bersambut. Pesan konfirmasi yang dikirim hanya dibaca dan tidak dibalas sampai berita ini dipublish.
Ketua SMIT Mesak Habari menyebutkan, demonstran yang dilakukan menyeruakan kepastian pembayaran gaji atau upah para karyawan. Para karyawan hanya menuntut gaji mereka dibayar.
“Kami kaget kok kawan-kawan yang berada di mobil komando menelepon bahwa mereka diserang sekelompok preman berjumlah lebih dari 30 orang. Setelah kejadian itu, kami bergegas lari karena supir mobil takut,” ujar Mesak dalam siaran persnya, Selasa 25 Maret 2025.
Pria yang akrab disapa Eca itu mengaku mereka juga dihadang personel polisi yang ditugaskan mengamankan aksi. Jumlahnya bahkan lima kali lipat dari masa aksi. “Kurang lebih satu jama kami dihadang,” ucapnya.

Diduga Orang Dalam
Eca mengatakan, para preman suruhan merupakan anggota tiga serikat pekerja yang berafiliasi dengan perusahaan tiga ijin sekaligus dengan luas wilayah eksplorasi mencapai hampir 29 hektare itu (data modiesdm).
“Kami mencermati beberapa video pendek, sekelompok orang yang diduga preman sewaan itu ternyata dari tiga serikat pekerja yang berada di NHM,” ujarnya.
Eca menduga para preman suruhan hanya memanfaatkan situasi di tengah kusutnya para karyawan yang berjuang menuntut hak. “Sudah tidak bayar upah para buruh/pekerja malah mengadu domba sesama pekerja. Ini adalah cara-cara kolonial, SMIT akan terus bersama para buruh atau pekerja untuk memperjuangkan hak-hak mereka,” sambungnya. **